Gunung dan pendakiannya adalah dua hal yang menyatu bagi para petualang pendakian gunung. Dalam kegiatan pendakian gunung, kita tidak hanya membawa beban berat di punggung yakni tas ransel, namun juga menerapkan pengetahuan dasar alam bebas, termasuk bagaimana kita memasak, pengenalan medan dan satu beban lagi, yakni bijak kepada alam.
Mendaki gunung bukan cuma soal naik dan turun, tapi naik gunung adalah soal bagaimana kita bersikap terhadap alam. Bagaimana bersikap terhadap diri sendiri, penduduk sekitar. Mendaki gunung tidak semudah menonton film atau membaca teori dari buku. Mendaki Gunungbutuh ketabahan dan kemauan yang keras.
Misalnya kita mendaki Gunung Semeru yang merupakan gunung tertinggi di tanah Jawa. Satu hal yang di gambarkan dalam sebuah film tentang pendakian Semeru, yakni film 5 Cm. Bagaimana bisa yang namanya mendaki memakai celana jeans dan eye liner? Selain menyulitkan pergerakan, celana jeans sakit ketika bersentuhan dengan kulit.
Bila kita hanya ingin eksis diakui pernah mendaki gunung, ikut trend atau sekedar coba - coba lebih baik jangan sekali - kali menginjakkan kaki di gunung. Gunung bukan tempatnya sampah dan Pendaki Sampah.
Gunung bukan sebuah tempat untuk berpesta dan melakukan apapun sebebas mungkin. Gunung adalah mungkin sebuah Masjid, Gereja, Pura, Vihara dan Klenteng bagi semua pemeluk “agama gunung”. Bagi mereka yang terasing akan kehidupan dunia bawah yang penuh dengan kesemrawutan tata nilai dan bagi mereka yang ingin mengetahu arti nilai diri sendiri tanpa embel – embel keglamouran dan keterkenalan. Dan bagiku gunung adalah ibu.
Sumber : http://www.belantaraindonesia.org/2013/01/gunung-adalah-agama-bagi-pemeluknya.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar